SF Consulting     25 Nov 2022

Pendapatan Negara Melonjak 44,5 % Hingga Oktober

(Jakarta) Kementerian Keuangan hingga Oktober 2022 mencatat realisasi pendapatan negara mencapai Rp 2.181,6 triliun, dari target APBN Rp 2.266,2 triliun. Angka ini melonjak 44,5 % dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 1.510,2 triliun. “Pendapatan negara kita Rp 2.181,6 triliun. Pertumbuhan penerimaan jauh lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang sebetulnya sudah mulai recovery,” ungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam Konferensi Pers APBN KiTA pada Kamis (24/11).
 
Realisasi tersebut meliputi penerimaan perpajakan yang telah mencapai Rp 1.704,5 triliun. Capaian itu meningkat 47 % dari Rp 1.159,6 triliun pada Oktober 2021. Sementara realisasi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) mencapai Rp 476,5 triliun atau meningkat 36,4 % dari Rp 349,2 triliun dibanding periode sama tahun lalu. Penerimaan perpajakan ini terdiri dari penerimaan pajak Rp 1.448,2 triliun atau naik 51,8 % dari periode sama tahun lalu sebesar Rp 953,8 triliun, serta penerimaan kepabeanan dan cukai yang mencapai Rp 256,3 triliun atau naik 24,6 % dari Rp 205,8 triliun.
 
Dalam perinciannya, realisasi penerimaan pajak meliputi penerimaan PPh non migas yang mencapai Rp 784,4 triliun atau 104,7 % dari target, serta PPN dan PPnBM senilai Rp 569,7 triliun atau 89,2 % dari target. Lalu PBB dan pajak lainnya telah mencapai Rp 26 triliun atau 80,6 % dari target, serta PPh Migas yang mencapai Rp 67,9 triliun atau 105,1 % dari target. Catatan penerimaan pajak ini tentu  saja masih banyak dipengaruhi oleh tren peningkatan harga komoditas. Selain itu pertumbuhan ekonomi yang ekspansif, basis yang rendah pada 2021, serta implementasi Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Pajak (UU HPP) tahun ini juga telah mendorong peningkatan penerimaan.
 
Untuk penerimaan kepabeanan dan cukai, tercatat Bea Masuk (BM) tumbuh 32,12 % yang didorong harga komoditas terutama gas yang masih tinggi. Penerimaan kepabeanan dan cukai juga didorong dari sisi cukai yang tumbuh 19,45 % terutama dari penerimaan CHT yang didorong efek kenaikan tarif tertimbang sebesar 10,9 %. Sementara itu Bea keluar (BK) tumbuh 44,85 % dengan kontribusi terbesar dari ekspor produk kelapa sawit. Hal ini didorong tarif bea keluar yang tumbuh pada awal tahun yaitu Januari sampai Mei, lalu terdapat perubahan tarif pada Juni dan flush out serta adanya peningkatan volume ekspor komoditas tembaga. (Rp)

Tax News

Search




Exchange Rates

Mata Uang Nilai (Rp.)
EUR 17068.99
USD 15710
GBP 19949.11
AUD 10293.61
SGD 11699.88
* Rupiah

Berlaku : 27 Mar 2024 - 2 Apr 2024