Harian Bisnis Indonesia     15 Feb 2021

Konsumsi Masyarakat Bergeming

JAKARTA — Pembebasan pajak penjualan barang mewah bagi sebagian kendaraan bermotor roda empat diperkirakan tidak mengerek signifikan konsumsi masyarakat yang tahun lalu merosot akibat pandemi virus corona.

Pasalnya, transportasi dan komunikasi – pembelian wholesale mobil penumpang termasuk di dalamnya— menyumbang hanya sekitar 20% terhadap konsumsi rumah tangga.

Andil ini jauh di bawah belanja makanan dan minuman (di luar restoran) yang sekitar 50% terhadap konsumsi masyarakat—sumber terbesar pertumbuhan ekonomi Indonesia.

“Memang, sebagian besar konsumsi masyarakat dari makanan dan minuman. Kita lihat juga sebagian besar masyarakat belum punya mobil. Artinya, [mobil] masih di luar jangkauan mereka dalam konteks daya beli,” ujar Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto saat dihubungi, Minggu (14/2).

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto pekan lalu mengatakan diskon PPnBM akan mendongkrak konsumsi rumah tangga yang tahun lalu terkontraksi 2,63%, kemerosotan pertama kali terjadi setelah krisis moneter 1998.

Dengan pajak penjualan yang ditanggung pemerintah, harga mobil penumpang akan lebih murah, sehingga dapat dijangkau oleh masyarakat.

Kenaikan permintaan kendaraan roda empat pada gilirannya akan memacu konsumsi rumah tangga dan memantik produksi otomotif, sehingga menghidupkan perekonomian yang tahun lalu lesu darah.

“Harapannya, dengan insentif yang diberikan bagi kendaraan bermotor ini, konsumsi masyarakat berpenghasilan menengah atas akan meningkat, meningkatkan utilisasi industri otomotif, dan mendorong pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama tahun ini,” ujar Airlangga.

Rekan sekoleganya di kabinet, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, bulan lalu juga memberi pernyataan yang hampir sama, bahwa sektor otomotif perlu diberi insentif agar konsumen mampu membeli kendaraan bermotor.

“Karena begitu otomotif sektornya jalan, ini bisa menjalankan gerbong kereta dari sektor produksi,” tuturnya dalam acara Bisnis Indonesia Business Challenges 2021 (26/1).

Dalam hitungan pemerintah, pembebasan PPnBM bagi mobil penumpang berpenggerak 4x2 dan berkubikasi mesin kurang dari 1.500cc, termasuk sedan, serta model yang memiliki kandungan lokal 70%, akan meningkatkan produksi kendaraan bermotor 81.752 unit dan menyumbang pemasukan negara sebesar Rp1,4 triliun.

Eko berpendapat estimasi itu bisa terjadi hanya ketika daya beli masyarakat dalam kondisi normal. “Kebijakan ini diluncurkan di tengah daya beli masyarakat turun,” katanya.

MINIM RESPONS

Sementara itu, peneliti Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan stimulus yang menyasar kelompok menengah ke atas ini kemungkinan akan minim respons mengingat kelompok ini saat ini cenderung menabung dibandingkan berbelanja.

Dengan kondisi pemulihan ekonomi yang belum stabil, tutur dia, masyarakat akan memilih meningkatkan tabungan untuk mengantisipasi ketidakpastian pada masa depan.

“Momentum [peluncuran insentif pajak mobil] yang pas adalah ketika pemulihan ekonomi sudah berjalan lebih stabil dan cepat setelah penanganan dari sisi kesehatan sudah optimal,” katanya.

Lebih lanjut, Yusuf menyebitkan produksi mobil pada kuartal IV/2020 melesat 84% dari kuartal sebelumnya. Penjualannya pun melonjak 43%. Artinya, kinerja industri otomotif tidak terlalu buruk dibandingkan dengan yang lain.

Menurut dia, tanpa insentif sekalipun, sektor ini masih bisa tumbuh. “Sebenarnya dengan mendorong proses pemulihan ekonomi secara menyeluruh, penjualan kendaraan bermotor akan mengalami perbaikian secara bertahap,” ujarnya.

Di sisi lain, pemerintah bersikukuh relaksasi PPnBM akan berpengaruh signifkan terhadap konsumsi masyarakat. Sayangnya, pemerintah tidak menyajikan hitung-hitungan tentang seberapa besar belanja mobil penumpang akan mengerek konsumsi rumah tangga yang lunglai.

“Multiplier effect-nya besar, misalnya pada produksi onderdil dan pedagang,” ujar Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Perekonomian Iskandar Simorangkir.

Mengenai kecenderungan kelompok masyarakat menengah ke atas yang kini lebih banyak menabung, Iskandar berujar kelompok ini sangat sensitif terhadap perubahan harga mobil.

Kendati demikian, dia mengatakan stimulus di sektor otomotif ini tidak bisa bergerak sendiri, tetapi ditunjang pula oleh vaksinasi. Perkembangan di sisi kesehatan ini akan memulihkan keyakinan masyarakat kelas menengah ke atas untuk berbelanja.

Iskandar menam bahkan aturan teknis PPnBM-DTP ini akan diselesaikan Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan dalam bulan ini sebelum berlaku efektif 1 Maret

Tax News

Search




Exchange Rates

Mata Uang Nilai (Rp.)
EUR 17068.99
USD 15710
GBP 19949.11
AUD 10293.61
SGD 11699.88
* Rupiah

Berlaku : 27 Mar 2024 - 2 Apr 2024