Harian Kontan     15 Mar 2019

Menghadapi Banyak Tantangan di 2019

Menilik prospek kinerja emiten-emiten pembayar pajak terbesar
 
JAKARTA. Sejumlah emiten kakap mendapat penghargaan sebagai pembayar pajak korporasi terbesar berdasarkan laporan keuangan mereka di tahun 2018. Ini menunjukkan, perolehan laba di tahun lalu cukup besar, karena kinerja keuangan kinclong.

Jika melihat secara sektoral, mayoritas penyumbang pajak terbesar ini ada di sektor pertambangan dan perbankan. Analis Panin Sekuritas, William Hartanto mengakui, sejatinya, kondisi ekonomi di 2018 cukup sulit bagi emiten mencetak laba besar, di tengah terpaan sentimen global negatif dan pelemahan rupiah.

Tetapi, sejumlah regulasi berhasil mendorong kinerja korporasi. Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji Gusta Utama menjelaskan, emiten tambang pada tahun lalu cukup terbantu dengan penurunan PPh badan untuk sektor tambang.

Selain itu, pemerintah menerapkan minimum penjualan batubara untuk kepentingan dalam negeri atau domestic market obligation (DMO). Pembangunan pembangkit listrik dengan tenaga batubara juga marak dan akhirnya mendorong penjualan.

Tantangan 2019


Tahun ini, tantangan tetap menanti. Baik untuk sektor pertambangan maupun perbankan. Menurut William, prospek sektor pertambangan rawan karena harga batubara diprediksi tak setinggi tahun lalu. “Pengecualian kepada UNTR yang memiliki diversifikasi segmen bisnis," kata dia.

Tetapi secara umum, menurut William, tahun ini diprediksi akan lebih baik dari 2018, tercermin dari pertumbuhan kredit perbankan yang masih dua digit, suku bunga yang kemungkinan ditahan dan harga komoditas yang masih terjaga. William menyarankan melakukan aksi beli ketika kondisi politik sudah stabil, yakni pasca Pemilu.

Berbeda pendapat, Analis Artha Sekuritas Dennies Christoper Jordan memperkirakan, kemungkinan pertumbuhan emiten tersebut tidak setinggi tahun 2018.

Sektor perbankan menghadapi isu likuiditas pada tahun ini. Tahun lalu saja, rasio penyaluran kredit naik 11,75%, sedangkan pertumbuhan simpanan nasabah atau Dana Pihak Ketiga (DPK) hanya 6,5%.

Kondisi ini menerbangkan loan to deposit ratio (LDR), yang menjadi salah satu indikator ketatnya likuiditas. LDR cukup tinggi, 94,04%. Prospek emiten batubara juga akan berat. "Karena harga batubara diprediksi tidak setinggi tahun-tahun sebelumnya. Masih bisa bertumbuh tapi tidak setinggi tahun lalu,” ujar Dennies

Saham pembayar pajak terbesar yang menarik dilirik menurut William adalah ADRO dengan target harga Rp 1.500 per saham, BMRI Rp 7.200, BBRI Rp 4.000 per saham, BBCA Rp 30.000 per saham dan UNVR dengan target Rp 52.000 per saham.

Sedangkan Dennies menyarankan mencermati saham tambang seperti ITMG, karena rasio dividen yang baik dan ADRO, karena diversifikasi bisnis yang baik. “Untuk bank bisa BBNI dan BBCA,” kata dia.

Nafan merekomendasikan beli hampir semua emiten pencetak pajak tebal, kecuali UNVR dan TPIA yang disarankan hold.

Tax News

Search




Exchange Rates

Mata Uang Nilai (Rp.)
EUR 17068.99
USD 15710
GBP 19949.11
AUD 10293.61
SGD 11699.88
* Rupiah

Berlaku : 27 Mar 2024 - 2 Apr 2024